run text

Selamat Datang Di Blog Kumpulan Berbagai Makalah Artikel, dan Cerita
 

Monday, January 12, 2015

Makalah Konsep Pendidikan Menurut Al-Ghazali & KH. Ahmad Dahlan

0 komentar

Untuk mendownload file PDF makalah ini silahkan (klik disini) atau masuk ke menu Download dan jangan lupa untuk menampilkan referensi dari blog ini riyansaludi.blogspot.com 


Kata kunci : Konsep Pendidikan Islam menurut Al-Ghazali, Konsep Pendidikan Islam menurut KH.Ahmad Dahlan

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Bersamaan dengan perputaran dunia, modernisasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dari hari ke hari semakin berkembang, akhir-akhir ini kita melihat banyak generasi Islam yang sudah tidak mengenal para tokoh Islam yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan dunia pendidikan. Mereka kadang meremehkan dengan mengatakan, Di mana tokoh Islam? Hal ini terjadi karena mereka kurang mengenal terhadap beberapa tokoh Islam yang berhasil mencetak generasi yang tidak kalah hebat dengan tokoh pendidikan non-Muslim dalam mencetak generasi berakhlak al-karimah, disiplin, terhormat, serta bermanfaat untuk kepentingan agama, nusa, dan bangsa.
Dengan berpandangan pada beberapa hal tersebut, mengenal para tokoh pendidikan Islam merupakan salah satu langkah yang seharusnya dilakukan, dimiliki, dihayati dan harus menjadi kebanggaan untuk selalu mengangkat harkat dan martabatnya serta mensosialisasikan dikalangan umum. Dengan begitu generasi penerus Islam bisa berbangga hati bahwa mereka mempuyai tokoh yang pantas untuk dijunjung tinggi sebagai pelita penerang yang melahirkan konsep, teori, dan fatwa yang dijadikan referensi generasi berikutnya dalam kehidupan berbangsa dan beragama. Al-Ghazali dan KH. Ahmad dahlan merupakan salah satu tokoh Muslim yang pemikirannya sangat luas dan mendalam dalam berbagai hal diantaranya dalam masalah pendidikan. Pada hakikatnya usaha pendidikan menurut Al-Ghazali dan KH. Ahmad dahlan adalah dengan mengutamakan beberapa hal terkait yang diwujudkan secara utuh dan terpadu karena konsep pendidikan yang dikembangkannya berawal dari kandungan ajaran dan tradisi Islam yang menjunjung berprinsip pendidikan manusia seutuhnya. Di zaman yang modern ini sangat relevan untuk mengetahui konsep pendidikan dari tokoh Muslim terkemuka ini, pembahasan makalah ini di dalamnya akan membahas  tentang konsep pendidikan menurut Al-Ghazali dan KH.Ahmad Dahlan.

B.   Rumusan Masalah
1.         Konsep Pendidikan Islam menurut Al-Ghazali
2.         Konsep Pendidikan Islam menurut KH.Ahmad Dahlan

C.   Tujuan Pembuatan Makalah
          Berdasarkan Rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar dapat mengetahui dan memahami tentang konsep pendidikan menurut Al-ghazali.
2. Agar dapat mengetahui dan memahami tentang konsep pendidikan menurut KH.Ahmad Dahlan.







BAB II
PEMBAHASAN

A.          Konsep Pendidikan Islam menurut Al-Ghazali

          Konsep pendidikan Al-Ghazali dapat diketahui dengan cara memahami pemikirannya berkenaan dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu: tujuan, kurikulum, etika guru, dan etika murid, metode.

1.            Tujuan Pendidikan menurut Al-Ghazali

          Seorang guru dapat merumuskan suatu tujuan kegiatan dengan baik, jika ia memahami benar filsafat yang mendasarinya. Rumusan selanjutnya akan menentukan aspek kurikulum, metode, dan lainnya. Dari hasil studi terhadap pemikiran Al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui pendidikan ada dua, pertama: tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah SWT; kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
        Karena itu, beliau bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran yang merupakan tujuan akhir dan maksud dari pendidikan. Tujuan itu tampak bernuansa religius dan moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi. Akan tetapi, di samping bercorak agamis yang merupakan ciri spesifik pendidikan Islam dengan mengutamakan pada sisi keruhanian. Kecenderungan tersebut sejalan dengan filsafat Al-Ghazali yang bercorak tasawuf. Maka tidak salah bila sasaran pendidikan adalah kesempurnaan insani dunia dan akhirat. Manusia akan sampai pada tingkat ini hanya dengan menguasai sifat keutamaam melalui jalur ilmu. Keutamaan itu yang akan membuat bahagia di dunia dan mendekatkan kepada Allah SWT sehingga bahagia di akhirat kelak. Oleh karena itu, menguasai ilmu bagi beliau termasuk tujuan pendidikan, mengingat kandungan nilai serta kenikmatan yang diperoleh manusia darinya.
          Dari hasil studi pemikiran Al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan adalah: Pertama, tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah. dan kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena itu, ia bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran-sasaran pendidikan yang merupakan tujuan akhir dan maksud dari tujuan itu. Sasaran pendidikan menurut Al-Ghazali adalah kesempurnaan insani di dunia dan akhirat. Manusia akan sampai kepada tingkat kesempurnaan hanya dengan menguasai sifat keutamaan jalur ilmu dan menguasai ilmu adalah bagian dari tujuan pendidikan.

2.            Kurikulum Pendidikan menurut Al-Ghazali

          Kurikulum yang dimaksud adalah kurikulum dalam arti sempit, yaitu seperangkat ilmu yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik. Pendapat Al-Ghazali terhadap kurikulum dapat dilihat dari pandangannya mengenai ilmu pengetahuan yang dibaginya dalam beberapa sudut pandang.
Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:
·         Ilmu tercela yaitu ilmu yang tidak ada manfaatnya baik di dunia maupun di akhirat, seperti ilmu nujum, sihir, dan ilmu perdukunan. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa mudharat bagi yang memilikinya maupun orang lain dan akan meragukan keberadaan Allah SWT.
·         Ilmu terpuji misalnya ilmu tauhid dan ilmu agama. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa orang kepada jiwa yang suci bersih dari kerendahan dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
·         Ilmu terpuji pada taraf tertentu dan tidak boleh didalami karena dapat mengakibatkan goncangan iman, seperti ilmu filsafat.
Dari ketiga kelompok ilmu tersebut, Al-Ghazali membagi lagi menjadi dua bagian yang dilihat dari kepentingannya, yaitu:
·         Ilmu fardhu (wajib) yang harus diketahui oleh semua orang Muslim, yaitu ilmu agama.
·         Ilmu fardhu kifayah yang dipelajari oleh sebagian Muslim untuk memudahkan urusan duniawi, seperti : ilmu hitung, kedokteran, teknik, ilmu pertanian dan industri.


3.            Pendidik menurut Al-Ghazali

          Dalam suatu proses pendidikan adanya pendidik merupakan suatu keharusan. Pendidik sangat berjasa dan berperan dalam suatu proses pendidikan dan pembelajaran sehingga Al-Ghazali merumuskan sifat-sifat yang harus dimiliki pendidik diantaranya guru harus cerdas, sempurna akal, dan baik akhlaknya; dengan kesempurnaan akal seorang guru dapat memiliki ilmu pengetahuan secara mendalam dan dengan akhlak yang baik dia dapat memberi contoh dan teladan bagi muridnya.
          Menurut Al-Ghazali, guru yang dapat diserahi tugas mengajar selain harus cerdas dan sempurna akalnya juga baik akhlak dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dengan akhlaknya dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya guru dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Selain sifat-sifat umum di atas pendidik hendaknya juga memiliki sifat-sifat khusus dan tugas-tugas tertentu diantaranya:
Ø  Sifat kasih sayang.
Ø  Mengajar dengan ikhlas dan tidak mengharapkan upah dari muridnya.
Ø  Menggunakan bahasa yang halus ketika mengajar.
Ø  Mengarahkan murid pada sesuatu yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan siswa.
Ø  Menghargai pendapat dan kemampuan orang lain.
Ø  Mengetahui dan menghargai perbedaan potensi yang dimiliki murid.

4.            Peserta Didik Menurut Al-Ghazali

          Dalam kaitannya dengan peserta didik, lebih lanjut Al-Ghazali menjelaskan bahwa mereka merupakan hamba Allah yang telah dibekali potensi atau fitrah untuk beriman kepada-Nya. Fitrah itu sengaja disiapkan oleh Allah sesuai dengan kejadian manusia, cocok dengan tabiat dasarnya yang memang cenderung kepada agama Islam.
          Ketika menjelaskan makna pendidikan kepada umat, Al-Ghazali membagi manusia menjadi tiga golongan yang sekaligus menunjukkan keharusan menggunakan metode dan pendekatan yang berbeda pula, yaitu:
·         Kaum awam, yaitu orang yang cara berfikirnya sederhana sekali. Dengan cara berfikir tersebut mereka tidak dapat mengembangkan hakikat-hakikat. Mereka mempunyai sifat lekas percaya dan menurut. Golongan ini harus dihadapi dengan sikap memberi nasehat dan petunjuk.
·         Kaum pilihan, yaitu orang yang akalnya tajam dengan cara berfikir yang mendalam. Kepada kaum pilihan tersebut harus dihadapi dengan sikap menjelaskan hikmat-hikmat.
·         Kaum pendebat (ahl al jidal), harus dihadapi dengan sikap mematahkan argumen-argumen mereka.
Menurut Al-Ghazali, ketika menuntut ilmu peserta didik memiliki tugas dan kewajiban, yaitu:
·         Mendahulukan kesucian jiwa.
·         Bersedia merantau untuk mencari ilmu pengetahuan.
·         Jangan menyombongkan ilmunya apalagi menentang guru.
·         Mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan.
Dengan tugas dan kewajiban tersebut diharapkan seorang peserta didik mampu untuk menyerap ilmu pengetahuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

5.            Metode Pendidikan Menurut Al-Ghazali

          Perhatian Al-Ghazali terhadap metode pengajaran lebih dikhususkan bagi pengajaran pendidikan agama untuk anak-anak. Untuk ini ia telah mencontohkan suatu metode keteladanan bagi mental anak-anak, pembinaan budi pekerti, dan penanaman sifat-sifat keutamaan pada diri mereka. Metode pengajaran menurut Al-Ghazali dapat dibagi menjadi dua bagian antara pendidikan agama dan pendidikan akhlak.
          Metode pendidikan agama menurut Al-Ghazali pada prinsipnya dimulai dengan hapalan dan pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil dan keterengan-keterangan yang menguatkan akidah.
          Al-Ghazali berpendapat bahwa pendidikan agama harus mulai diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin. Sebab dalam tahun-tahun tersebut, seorang anak mempunyai persiapan menerima kepercayaan agama semata-mata dengan mengimankan saja dan tidak dituntut untuk mencari dalilnya. Sementara itu berkaitan dengan pendidikan akhlak, pengajaran harus mengarah kepada pembentukan akhlak yang mulia. Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah suatu sikap yang mengakar di dalam jiwa yang akan melahirkan berbagai perbuatan baik dengan mudah dan gampang tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.
 Selanjutnya, prinsip metodologi pendidikan modern selalu menunjukan aspek ganda. Suatu aspek menunjukan proses anak belajar dan aspek lainnya menunjukan aspek guru mengajar dan mendidik.
a)     Asas-asas metode belajar
·         Memusatkan perhatian sepenuhnya.
·         Mengetahui tujuan ilmu pengetahuan yang akan dipelajari.
·         Mempelajari ilmu pengetahuan dari yang sederhana menuju yang komplek.
·         Mempelajari ilmu pengetahuan dengan sistematika pembahasan.
b)    Asas-asas metode mengajar
·         Memperhatikan tingkat daya pikir anak.
·         Menerangkan pelajaran dengan cara yang sejelas-jelasnya.
·         Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang konkrit kepada yang abstrak.
·         Mengajarkan ilmu pengetahuan dengan berangsur-angsur.
c)     Asas metode mendidik
·         Memberikan latihan-latihan.
·         Memberikan pengertian dan nasihat-a.
·         Melindungi anak dari pergaulan yang buruk.
Analisis Wacana Tentang Pemikiran al-Ghazali dalam Dunia Pendidikan
          Hal ini dapat dipahami dari satu segi tujuan diciptakannya manusia ialah manusia berpotensi untuk menjadi khalifah fi al-ardi. Potensi tersebut akan bermanfaat hanya jika digali melalui pendidikan karena itulah pendidikan merupakan usaha penggalian dan pengemangan fitrah manusia.
          Akan tetapi, munculnya filsafat pragmatisme yang mendapat inspirasi dari John Dewey, telah mengubah arah orientasi pendidikan. Filsafat pragmatisme telah mengabaikan konsep-konsep kebenaran dan menggantinya dengan kegunaan, dan pengaruh itu berjalan terus, akhirnya terwujudlah manusia-manusia yang menghancurkan konsep keagungan dan kemuliaan diri manusia itu sendiri. Penggantian konsep tersebut mengharuskan kita untuk mengubah sistem pendidikan yang ada sekarang, yang menyangkut dasar, tujuan, materi, kualifikasi, sistem evaluasi pendidikan dan lain-lain sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
          Tidak ada jalan lain untuk mengatasi dunia pendidikan semacam itu kecuali kembali kepada dan menerapkan sistem pendidikan yang memperhatikan fitrah manusia secara utuh, yakni sistem pendidikan Islam. Selanjutnya, terhadap tantangan-tantangn yang sedang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini, ternyata konsep pendidikan al-Ghazali mampu menjawabnya. Bukti kongkritnya adalah Ihya.
          Tampilnya pemikiran al-Ghazali tentang pendidikan dalam dunia pendidikan dewasa ini adalah karena aktualitas konsepnya, kejelasan orientasi sistemnya, dan secara umum karena pemikirannya yang sesuai dengan sosio kultural. Penampilannya dalam dunia pendidikan merupakan usaha pengubahan eksistensi muslim yang saat ini telah rusak hubungannya dengan sejarah masa lampaunya. Juga, sumbangsihnya terhadap pendidikan Islam untuk mempelajari warisan para leluhurnya yang telah dihalangi oleh barat.

B.          KONSEP PENDIDIKAN MENURUT  K.H. AHMAD DAHLAN

K.H. Ahmad Dahlan adalah tokoh yang tidak banyak meninggalkan tulisan. Beliau lebih menampilkan sosoknya sebagai manusia amal atau praktisi daripada filosof yang banyak melahirkan pemikiran dan gagasan-gagasan tetapi sedikit amal. Sekalipun demikian tidak berarti bahwa K.H.Ahmad Dahlan tidak memiliki gagasan. Amal usaha Muhammadiyyah merupakan refleksi dan manifestasi pemikiran beliau dalam bidang pendidikan dan keagamaan. Istilah pendidikan disini dipergunakan dalam konteks yang luas tidak hanya terbatas pada sekolah formal tetapi mencakup semua usaha yang dilaksanakan secara sistematis untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan, nilai dan keterampilan dari generasi terdahulu kepada generasi muda. Dalam konteks ini termasuk dalam pengertian pendidikan adalah kegiatan pengajian, tablig, dan sejenisnya.
1.            Tujuan Pendidikan
K.H. Ahmad Dahlan tidak secara khusus menyebutkan tujuan pendidikan. Tetapi dari pernyataannya yang disampaikannya dalam berbagai kesempatan, tujuan pendidikan K.H. Ahmad Dahlan adalah Dadijo Kijahi sing kemadjoean, adja kesel anggonmu njamboet gawe kanggo moehammadijah. Dalam pernyataan sederhana tersebut, terdapat beberapa hal penting yaitu Kijahi, kemadjoean, dan njamboet gawe kanggo moehammadijah.
Istilah Kiai merupakan sosok yang sangat menguasai ilmu agama. Dalam masyarakat Jawa, seorang kiai adalah figur yang sholeh, berakhlak mulia, dan menguasai ilmu agama secara mendalam.
Istilah Kemajuan secara khusus menunjuk kepada kemodernan sebagai lawan dari kekolotan dan konservatisme. Pada masa K.H.Ahmad Dahlan, kemajuan sering diidentikkan dengan penguasaan ilmu-ilmu umum atau intelektualitas dan kemajuan secara material. Sedangkan kata njamboet gawe kanggo moehammaddijah merupakan manifestasi dari keteguhan dan komitmen untuk membantu dan mencurahkan pikiran dan tenaga untuk kemajuan umat Islam pada khususnya, dan kemajuan masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan pemahaman tersebut, tujuan pendidikan menurut K.H Ahmad Dahlan adalah untuk membentuk manusia yang :
a.     Alim dalam ilmu agama.
b.    Berpandangan luas, dengan memiliki pengetahuan umum.
c. Siap berjuang, mengabdi untuk Muhammadiyyah dalam menyantuni nilai-nilai keutamaan dalam masyarakat.
Rumusan tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendididkan pesantren hanya bertujuan untuk menciptakan individu yang sholeh dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya pendidikan model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang di dalamnya tdak diajarkan agama sama sekali. Pelajaran di sekolah ini menggunakan huruf latin. Akibat dualisme pendidikan tersebut, lahirlah dua kutub intelegensia: lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum, dan lulusan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.
          Melihat ketimpangan tersebut, beliau berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh: menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spiritual, serta dunia dan akhirat. Baginya kedua hal tersebut merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
2.            Materi Pendidikan
Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut, K.H.Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
a.  Pendidikan moral,akhlaq, yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan al-Quran dan Sunnah.
b. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh, yang berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan intelek, antara perasaan dan akal pikiran serta antara dunia dan akhirat.
c. Pendidikan kemasyarakatan, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.
Meskipun demikian, K.H.Ahmad Dahlan belum memiliki konsep kurikulum dan materi pelajaran yang baku. Muatan kurikulum pelajaran agama menurut K.H.Ahmad Dahlan bisa dilihat dari materi pelajaran agama yang diajarkannya dalam pengajian-pengajian di madrasah dan pondok Muhammadiyyah. K.R.H Hajid, salah seorang muridnya mengumpulkan ajaran gurunya ke dalam sebuah buku berjudul Ajaran K.H.A. Dahlan dan 17 kelompok ayat-ayat al-Quran yang merupakan catatan pribadinya selama mengikuti pelajaran agama.
Sejalan dengan ide pembaharuannya, K.H.Ahmad Dahlan adalah seorang pendidik yang sangat menghargai dan menekankan pendidikan akal. Dia berpendapat bahwa akal merupakan sumber pengetahuan. Tetapi seringkali akal tidak mendapatkan perhatian yang semestinya. Karena itulah maka pendidikan harus memberikan siraman dan bimbingan yang sedemikian rupa sehingga akal manusia dapat berkembang dengan baik. Untuk mengembangkan pendidikan akal, beliau menganjurkan diberikannya pelajaran ilmu mantiq di lembaga-lembaga pendidikan.
3.            Metode Mengajar
Di dalam menyampaikan pelajaran agama, K.H Ahmad Dahlan tidak menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual.
Disamping menggunakan penafsiran yang kontekstual, beliau berpendapat bahwa pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi. Gagasan Ahmad Dahlan tentang Pembumian ajaran al-Quran tersebut antara lain tercermin dalam pengajaran surat Al-Maun yang dalam perkembangannya melahirkan Majelis Pembinaan Kesejahteraan Umat (MPKU).
Untuk mewujudkan gagasan tersebut, K.H.Ahmad Dahlan melakukan dua langkah strategis yaitu dengan mengajarkan pelajaran agama ekstrakurikuler di sekolah gubernemen.
Sistem penyelenggaraan dan kurikulum sekolah Muhammadiyyah yang didirikannya memiliki dua perbedaan mendasar dengan sekolah dan lembaga pendidikan pada umumnya.
Dilihat dari segi kurikulum, sekolah tersebut mengajarkan tidak hanya ilmu umum tetapi juga ilmu agama sekaligus. Hal ini merupakan terobosan baru mengingat pada saat itu lembaga pendidikan umum (sekolah) hanya mengajarkan pelajaran umum dan sebaliknya, lembaga pendidikan agama (pesantren) hanya mengajarkan pelajaran agama. Dengan kurikulum tersebut, KH.Ahmad Dahlan berusaha membentuk individu yang utuh dengan memberikan pelajaran agama dan umum sekaligus.
Dilihat dari sistem penyelenggaraannya, sekolah tersebut meniru sistem persekolahan model Belanda. Dalam mengajar beliau menggunakan kapur, papan tulis, meja, kursi, dan peralatan lain sebagaimana lazimnya sekolah Belanda. Berkaitan dengan langkah tersebut, beliau berpendapat bahwa untuk memajukan pendidikan diperlukan cara-cara sebagaimana yang digunakan dalam sekolah yang maju. Meniru model penyelenggaraan sekolah tidak berarti mengabaikan ajaran agama sebab penyelenggaraan sistem pendidikan merupakan wilayah muamalah yang harus ditentukan dan dikembangkan sendiri.

BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
        Menurut Al-Ghazali dan K.H.Ahmad Dahlan, pendidikan yang baik merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Ghazali dan K.H.Ahmad Dahlan sama-sama menggabungkan antara kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Tentang kurikulum pendidikan Islam, Al-Ghazali mengatakan bahwa Al-Quran beserta kandungannya berisikan pokok-pokok ilmu pengetahuan. Isinya sangat bermanfaat bagi kehidupan, membersihkan jiwa, memperindah akhlak, dan mendekatkan diri kepada Allah.
          Tujuan pendidikan Islam dalam pandangan Al-Ghazali hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Adapun tujuan utama dari penggunaan metode dalam pendidikan harus diselaraskan dengan tingkat usia, kecerdasan, bakat dan pembawaan anak dan tujuannya tidak lepas dari nilai manfaat. Tentang pendidik, Al-Ghazali menekankan bahwa seorang pendidik harus memiliki norma-norma yang baik, khususnya norma akhlak. Karena pendidik merupakan contoh bagi anak didiknya. Dalam kaitannya dengan peserta didik, Al-Ghazali menjelaskan bahwa mereka merupakan hamba Allah yang telah dibekali potensi atau fitrah untuk beriman kepada-Nya. Fitrah itu sengaja disiapkan oleh Allah sesuai dengan kejadian manusia, cocok dengan tabiat dasarnya yang memang cenderung kepada agama Islam.
          Sedangkan tujuan pendidikan menurut KH.Ahmad Dahlan yaitu Alim dalam ilmu agama, Berpandangan luas, dengan memiliki pengetahuan umum, dan juga Siap berjuang, mengabdi untuk Muhammadiyyah dalam menyantuni nilai-nilai keutamaan dalam masyarakat. Pada intinya tujuan pendidikan menurut KH.Ahmad Dahlan yaitu untuk melahirkan individu yang utuh: menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spiritual, serta dunia dan akhirat
Dilihat dari segi kurikulum, menurut pandangan KH.Ahmad Dahlan agar sekolah mengajarkan tidak hanya ilmu umum tetapi juga ilmu agama sekaligus.
B.          Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, mungkin dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, maka, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk menjadikan pelajaran di pembuatan makalah pada masa mendatang.



Daftar pustaka
noviyanti.SR. konsep pendidikan menurut kh.Ahmad dahlan.
Anwar.amad. konsep pendidikan menurut al-ghazali. http://amadanwar.blogspot.com/2012/05/konsep-pendidikan-islam-menurut-al.html?m=1. di unduh pada kamis 20 November 2014 pukul 13.20

  

0 komentar:

Post a Comment